Kerajaan Aceh
Sejarah kerajaan Aceh
Kerajaan
aceh berdiri dan muncul sebagai kekuatan baru diselat malaka, pada abad ke-16
setelah jatuhnya malaka ke tangan Portugis. Para pedagang islam tidak mengakui
kekuasaan portugis di malaka dan segera memindahkan jalur perniagaan ke bandar
bandar lainnya diseluruh Nusantara. Peran malaka sebagai pusat perdagangan
internasional digantikan oleh aceh selama beberapa abad. Diselat malaka,
kerajaan Aceh bersaing dengan kerajaan johor di semenanjung malaysia.
Kehidupan politik
Kerajaan
Aceh didirikan oleh Ali mughayat syah, adalah pediri kerajaan Aceh dan
sekaligus sebagai raja pertamanya. Sebagai sebuah kerajaan , Aceh mengalami
kemajuan pesat pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636)pada masa
pemerintahannya, Aceh mencapai zaman keemasan, Aceh bahkan dapat menguasai
johor, Pahang, kedah, perak di Semenanjung Melayu dan indragiri, pulau Bintan
dan Nias.
Setelah
Sultan Iskandar Muda, tidak ada lagi sultan yang mampu mengendalikan Aceh. Aceh
mengalami kemunduran di bawah pimpinan Sultan Iskandar Thani ( 1636-1641 ) Dia
kemudian digantikan oleh permaisurinya, Putri Sri Alam Permaisuri (1641-1675).
Setelah itu Aceh terus mengalami kemunduran karena tidak lagi sultan yang kuat.
Kerajaan Aceh tidak mempu bersaing dengan Belanda yang menguasai malaka pada
tahun 1641.
Kehidupan Ekonomi
Kehidupan
perekonomian yang utama dari masyarakat Aceh ialah perdagangan. Pada masa
kejayaan aceh, perekonomian Aceh berkembang pesat. Penguasaan aceh atas
daerah-daerah pantai barat dan timur sumatra banyak menghasilkan lada.
Semenanjung Malaka banyak menghasilkan lada dan timah. Hal ini menjadi bahan
ekspor yang penting bagi Aceh sehingga perdagangan Aceh maju dengan pesat .
Kehidupan Sosial dan
Budaya
Dalam bidang
sosial, letaknya yang strategis dititik sentral jalur perdagangan internasional
di selat malaka menjadikan Aceh makin ramai dikunjungi pedagang islam.
Terjadilah asimilasi baik dibidang sosial maupun ekonomi. Dalam kehidupan
bermasyarakat, terjadilah perpaduan antara adat dan ajaran agama islam pada
sekitar abad ke-16 dan 17 terdapat empat orang ahli tasawuf di aceh ,
yaitu
Hamzah fansuri, syamsuddin as-sumtrani, Nuruddin ar-Raniri, dan Abdurrauf dari
singkil. Sultan Iskandar muda menyusun undang-undang tata pemerintahan yang
disebut Adat Mahkota Alam.Dalam kehidupan sosial , di Aceh
mencul dua golongan yang saling berebut pengaruh, yakni golongan teuku dan
golongan Tengku. Golongan teuku adalah keum bangsawan yang memegang kekuasaan
sipil. Adapun golongan tengku adalah kaum ulama yang memegang peranan penting
dalam bidang agama.
Dibidang
budaya terlihat dari adanya bangunan masjid Baitturahman yang dibangun pada
masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda.
No comments:
Post a Comment