Cara
Pembuatan Mutiara
Walaupun masih ada usaha pencarian mutiara dari alam, namun kebanyakan mutiara yang berada di pasaran saat ini adalah hasil rekayasa manusia. Rekayasa ini ditemukan oleh orang Jepang, Mikimoto di awal abad yang lalu. Mengingat begitu potensialnya mutiara sehingga Jepang tetap menjaga rahasia ini sampai akhir tahun 80-an.
Sehingga tidak heran bila Jepang mengembangkan usahanya di negara-negara lain di kawasan pasifik dan lautan Hindia seperti Indonesia dengan tetap menggunakan teknisinya. Walaupun demikian, Indonesia sebagai areal potensial budidaya bagi hampir semua jenis kerang mutiara telah menjadi salah satu negara penghasil mutiara utama dunia bersama Jepang, China dan Australia.
Bentuk rekayasa ini dikenal dengan
istilah grafting atau seeding atau juga implantation, yaitu dengan menyisipkan
inti (nucleus) bersama selembar organ mantel (irisan daging kerang mutiara lain
yang dikenal dengan nama ‘saibo’) ke dalam kerang mutiara. Organ mantel ini diambil oleh individu kerang mutiara yang lain dan
berperan sebagai donor. Berdasarkan penelitian, pemilihan donor yang baik akan
menentukan kualitas mutiara yang dihasilkan terutama dari segi warna, bentuk
dan kilau mutiara. Inti dan irisan mantel ini ditempatkan di dalam gonad kerang
setelah sebelumnya dibuat irisan kecil pada dinding gonad. Irisan daging mantel
akan membentuk kantung mutiara (pearl sac) dan nantinya akan memproduksi nacre.
Proses ini dikenal sebagai biomineralisasi, sama halnya dengan proses
pembentukan tulang pada manusia dan hewan bertulang belakang lainnya. Nacre
adalah bagian permukaan yang berkilau dari mutiara atau juga dinding bagian
yang berkilau dalam kerang. Pada bagian dalam kerang, nacre diistilahkan
sebagai Mother of Pearl (ibu dari mutiara) sedangkan nacre yang melekat di inti
disebut mutiara. Kualitas nacre yang dihasilkan menjadi penentu kualitas
mutiara secara keseluruhan.
Proses penyisipan merupakan bagian kecil dari rangkaian proses budidaya yang panjang sejak penentuan lokasi budidaya sampai pada penanganan pasca panen. Prinsip proses penyisipan ini didasarkan atas bagaimana terbentuknya mutiara secara alami dimana kerang akan membungkus irritant yang tidak dapat dihindari dengan nacre. Prinsip kerja ini sama bila kerang mengalami kerusakan cangkang, mereka akan segera menutup lubangnya dengan nacre sehingga mencegah tubuh lunaknya terekspos. Namun sejauh ini belum ada bukti bahwa mutiara alami terbentuk karena masuknya butir pasir ke dalam tubuh kerang. Asumsi kuat yang menunjang terbentuknya lapisan nacre ini adalah adanya virus seperti yang ditemukan pada beberapa jenis kerang mutiara yang dibudidayakan.
Proses pembuatan mutiara Secara alami
Proses penyisipan merupakan bagian kecil dari rangkaian proses budidaya yang panjang sejak penentuan lokasi budidaya sampai pada penanganan pasca panen. Prinsip proses penyisipan ini didasarkan atas bagaimana terbentuknya mutiara secara alami dimana kerang akan membungkus irritant yang tidak dapat dihindari dengan nacre. Prinsip kerja ini sama bila kerang mengalami kerusakan cangkang, mereka akan segera menutup lubangnya dengan nacre sehingga mencegah tubuh lunaknya terekspos. Namun sejauh ini belum ada bukti bahwa mutiara alami terbentuk karena masuknya butir pasir ke dalam tubuh kerang. Asumsi kuat yang menunjang terbentuknya lapisan nacre ini adalah adanya virus seperti yang ditemukan pada beberapa jenis kerang mutiara yang dibudidayakan.
Proses pembuatan mutiara Secara alami
Di alam, mutiara terbentuk akibat adanya irritant yang masuk ke
dalam mantel kerang mutiara. Fenomena adanya irritant ini sering juga
ditafsirkan dengan masuknya pasir atau benda padat ke dalam mantel kemudian
benda ini pada akan terbungkus nacre sehingga jadilah mutiara. Secara
teoritis, Elisabeth Strack (secara
mendalam terdapat dalam buku Pearls tahun 2006)
mendeskripsikan terbentuknya mutiara alami terbagi atas dua bagian besar,
terbentuk akibat irritant dan masuknya partikel padat dalam mantel moluska.
Pada prinsipnya, mutiara terbentuk karena adanya bagian epithelium mantel yang
masuk ke dalam rongga mantel tersebut. Bagian epithelium mantel ini bertugas
mengeluarkan/mendeposisikan nacre pada bagian dalam cangkang kerang disamping
membentuk keseluruhan cangkang. Teory irritant mengungkapkan bahwa pada suatu
saat bagian ujung mantel sang kerang dimakan oleh ikan, hal ini dimungkinkan
karena kerang akan membuka cangkang dan menjulurkan bagian mantelnya untuk
menyerap makanan. Saat mantelnya putus, bagian remah eptiheliumpun masuk
ke dalam rongga mantel. Teory irritant juga mengungkapkan bahwa bisa saja
mutiara terbentuk akibat masuknya cacing yang biasanya menempati moluska pada
masa perkembangannya kemudian berpindah ke organisme lain. Cacing ini merusak
dan memasuki rongga mantel. Cacing ini tanpa sengaja membawa bagian epithelium
yang ada di permukaan mantel bersamanya. Bila cacing mati dalam rongga mantel,
maka cacing ini akan dibungkus oleh epithelium, membentuk kantung mutiara dan
akhirnya terbentuklah mutiara. Kalaupun cacing itu bisa melepaskan diri, maka
epithelium yang tinggal dalam rongga mantellah yang akan membentuk mutiara
setelah sebelumnya membentuk kantung mutiara. Sementara teori yang kedua adalah
masuknya partikel padat ke dalam rongga mantel. Partikel padat bisa saja
terperangkap di dalam tubuh kerang akibat dorongan air. Saat kerang ini tak
bisa mengeluarkannya, partikel inipun bisa saja masuk ke rongga mantel. Saat
dia masuk, epithelium juga ikut bersamanya. Epithelium ini akhirnya membungkus
partikel padat sehingga terbentuklah kantung mutiara. Kantung mutiara ini
akhirnya akan mendeposisikan nacre ke partikel padat tersebut. Namun demikian
sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang mendukung teori masuknya pasir ke dalam
mantel kerang mutiara walaupun teori ini dipahami sejak lama. Dari beberapa
mutiara alami yang dibedah, menunjukkan bahwa bagian inti mutiaranya bukanlah
partikel padat.
PROSES PEMBENTUKAN MUTIARA SECARA
ALAMI PADA KERANG
Terbentuknya
mutiara alami terbagi atas dua bagian besar, terbentuk akibat irritant dan
masuknya partikel padat dalam mantel moluska. Pada prinsipnya, mutiara
terbentuk karena adanya bagian epithelium mantel yang masuk ke dalam rongga
mantel tersebut. Bagian epithelium mantel ini bertugas mengeluarkan/mendeposisikan
nacre pada bagian dalam cangkang kerang disamping membentuk keseluruhan
cangkang. Teory irritant mengungkapkan bahwa pada suatu saat bagian ujung
mantel sang kerang dimakan oleh ikan, hal ini dimungkinkan karena kerang akan
membuka cangkang dan menjulurkan bagian mantelnya untuk menyerap makanan. Saat
mantelnya putus, bagian remah eptiheliumpun masuk ke dalam rongga mantel. Teory
irritant juga mengungkapkan bahwa bisa saja mutiara terbentuk akibat masuknya
cacing yang biasanya menempati moluska pada masa perkembangannya kemudian
berpindah ke organisme lain. Cacing ini merusak dan memasuki rongga mantel.
Cacing ini tanpa sengaja membawa bagian epithelium yang ada di permukaan mantel
bersamanya. Bila cacing mati dalam rongga mantel, maka cacing ini akan dibungkus
oleh epithelium, membentuk kantung mutiara dan akhirnya terbentuklah mutiara.
Kalaupun cacing itu bisa melepaskan diri, maka epithelium yang tinggal dalam
rongga mantellah yang akan membentuk mutiara setelah sebelumnya membentuk
kantung mutiara. Sementara teori yang kedua adalah masuknya partikel padat ke
dalam rongga mantel. Partikel padat bisa saja terperangkap di dalam tubuh
kerang akibat dorongan air. Saat kerang ini tak bisa mengeluarkannya, partikel
inipun bisa saja masuk ke rongga mantel. Saat dia masuk, epithelium juga ikut
bersamanya. Epithelium ini akhirnya membungkus partikel padat sehingga
terbentuklah kantung mutiara. Kantung mutiara ini akhirnya akan mendeposisikan
nacre ke partikel padat tersebut. Namun demikian sejauh ini belum ada bukti
ilmiah yang mendukung teori masuknya pasir ke dalam mantel kerang mutiara
walaupun teori ini dipahami sejak lama. Dari beberapa mutiara alami yang
dibedah, menunjukkan bahwa bagian inti mutiaranya bukanlah partikel padat.
No comments:
Post a Comment