Tuesday, November 12, 2013

Pembuatan Mutiara



Cara Pembuatan Mutiara

Walaupun masih ada usaha pencarian mutiara dari alam, namun kebanyakan mutiara yang berada di pasaran saat ini adalah hasil rekayasa manusia. Rekayasa ini ditemukan oleh orang Jepang, Mikimoto di awal abad yang lalu. Mengingat begitu potensialnya mutiara sehingga Jepang tetap menjaga rahasia ini sampai akhir tahun 80-an.
Sehingga tidak heran bila Jepang mengembangkan usahanya di negara-negara lain di kawasan pasifik dan lautan Hindia seperti Indonesia dengan tetap menggunakan teknisinya. Walaupun demikian, Indonesia sebagai areal potensial budidaya bagi hampir semua jenis kerang mutiara telah menjadi salah satu negara penghasil mutiara utama dunia bersama Jepang, China dan Australia.
   Bentuk rekayasa ini dikenal dengan istilah grafting atau seeding atau juga implantation, yaitu dengan menyisipkan inti (nucleus) bersama selembar organ mantel (irisan daging kerang mutiara lain yang dikenal dengan nama ‘saibo’) ke dalam kerang mutiara. Organ mantel ini diambil oleh individu kerang mutiara yang lain dan berperan sebagai donor. Berdasarkan penelitian, pemilihan donor yang baik akan menentukan kualitas mutiara yang dihasilkan terutama dari segi warna, bentuk dan kilau mutiara. Inti dan irisan mantel ini ditempatkan di dalam gonad kerang setelah sebelumnya dibuat irisan kecil pada dinding gonad. Irisan daging mantel akan membentuk kantung mutiara (pearl sac) dan nantinya akan memproduksi nacre. Proses ini dikenal sebagai biomineralisasi, sama halnya dengan proses pembentukan tulang pada manusia dan hewan bertulang belakang lainnya. Nacre adalah bagian permukaan yang berkilau dari mutiara atau juga dinding bagian yang berkilau dalam kerang. Pada bagian dalam kerang, nacre diistilahkan sebagai Mother of Pearl (ibu dari mutiara) sedangkan nacre yang melekat di inti disebut mutiara. Kualitas nacre yang dihasilkan menjadi penentu kualitas mutiara secara keseluruhan.

Proses penyisipan merupakan bagian kecil dari rangkaian proses budidaya yang panjang sejak penentuan lokasi budidaya sampai pada penanganan pasca panen. Prinsip proses penyisipan ini didasarkan atas bagaimana terbentuknya mutiara secara alami dimana kerang akan membungkus irritant yang tidak dapat dihindari dengan nacre. Prinsip kerja ini sama bila kerang mengalami kerusakan cangkang, mereka akan segera menutup lubangnya dengan nacre sehingga mencegah tubuh lunaknya terekspos. Namun sejauh ini belum ada bukti bahwa mutiara alami terbentuk karena masuknya butir pasir ke dalam tubuh kerang. Asumsi kuat yang menunjang terbentuknya lapisan nacre ini adalah adanya virus seperti yang ditemukan pada beberapa jenis kerang mutiara yang dibudidayakan.

Proses pembuatan mutiara Secara alami
 
Di alam, mutiara terbentuk akibat adanya irritant yang masuk ke dalam mantel kerang mutiara. Fenomena adanya irritant ini sering juga ditafsirkan dengan masuknya pasir atau benda padat ke dalam mantel kemudian benda ini pada akan terbungkus nacre sehingga jadilah mutiara. Secara teoritis, Elisabeth Strack (secara mendalam terdapat dalam buku Pearls tahun 2006) mendeskripsikan terbentuknya mutiara alami terbagi atas dua bagian besar, terbentuk akibat irritant dan masuknya partikel padat dalam mantel moluska. Pada prinsipnya, mutiara terbentuk karena adanya bagian epithelium mantel yang masuk ke dalam rongga mantel tersebut. Bagian epithelium mantel ini bertugas mengeluarkan/mendeposisikan nacre pada bagian dalam cangkang kerang disamping membentuk keseluruhan cangkang. Teory irritant mengungkapkan bahwa pada suatu saat bagian ujung mantel sang kerang dimakan oleh ikan, hal ini dimungkinkan karena kerang akan membuka cangkang dan menjulurkan bagian mantelnya untuk menyerap makanan. Saat mantelnya putus, bagian remah eptiheliumpun masuk ke dalam rongga mantel. Teory irritant juga mengungkapkan bahwa bisa saja mutiara terbentuk akibat masuknya cacing yang biasanya menempati moluska pada masa perkembangannya kemudian berpindah ke organisme lain. Cacing ini merusak dan memasuki rongga mantel. Cacing ini tanpa sengaja membawa bagian epithelium yang ada di permukaan mantel bersamanya. Bila cacing mati dalam rongga mantel, maka cacing ini akan dibungkus oleh epithelium, membentuk kantung mutiara dan akhirnya terbentuklah mutiara. Kalaupun cacing itu bisa melepaskan diri, maka epithelium yang tinggal dalam rongga mantellah yang akan membentuk mutiara setelah sebelumnya membentuk kantung mutiara. Sementara teori yang kedua adalah masuknya partikel padat ke dalam rongga mantel. Partikel padat bisa saja terperangkap di dalam tubuh kerang akibat dorongan air. Saat kerang ini tak bisa mengeluarkannya, partikel inipun bisa saja masuk ke rongga mantel. Saat dia masuk, epithelium juga ikut bersamanya. Epithelium ini akhirnya membungkus partikel padat sehingga terbentuklah kantung mutiara. Kantung mutiara ini akhirnya akan mendeposisikan nacre ke partikel padat tersebut. Namun demikian sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang mendukung teori masuknya pasir ke dalam mantel kerang mutiara walaupun teori ini dipahami sejak lama. Dari beberapa mutiara alami yang dibedah, menunjukkan bahwa bagian inti mutiaranya bukanlah partikel padat.






PROSES PEMBENTUKAN MUTIARA SECARA ALAMI PADA KERANG

Terbentuknya mutiara alami terbagi atas dua bagian besar, terbentuk akibat irritant dan masuknya partikel padat dalam mantel moluska. Pada prinsipnya, mutiara terbentuk karena adanya bagian epithelium mantel yang masuk ke dalam rongga mantel tersebut. Bagian epithelium mantel ini bertugas mengeluarkan/mendeposisikan nacre pada bagian dalam cangkang kerang disamping membentuk keseluruhan cangkang. Teory irritant mengungkapkan bahwa pada suatu saat bagian ujung mantel sang kerang dimakan oleh ikan, hal ini dimungkinkan karena kerang akan membuka cangkang dan menjulurkan bagian mantelnya untuk menyerap makanan. Saat mantelnya putus, bagian remah eptiheliumpun masuk ke dalam rongga mantel. Teory irritant juga mengungkapkan bahwa bisa saja mutiara terbentuk akibat masuknya cacing yang biasanya menempati moluska pada masa perkembangannya kemudian berpindah ke organisme lain. Cacing ini merusak dan memasuki rongga mantel. Cacing ini tanpa sengaja membawa bagian epithelium yang ada di permukaan mantel bersamanya. Bila cacing mati dalam rongga mantel, maka cacing ini akan dibungkus oleh epithelium, membentuk kantung mutiara dan akhirnya terbentuklah mutiara. Kalaupun cacing itu bisa melepaskan diri, maka epithelium yang tinggal dalam rongga mantellah yang akan membentuk mutiara setelah sebelumnya membentuk kantung mutiara. Sementara teori yang kedua adalah masuknya partikel padat ke dalam rongga mantel. Partikel padat bisa saja terperangkap di dalam tubuh kerang akibat dorongan air. Saat kerang ini tak bisa mengeluarkannya, partikel inipun bisa saja masuk ke rongga mantel. Saat dia masuk, epithelium juga ikut bersamanya. Epithelium ini akhirnya membungkus partikel padat sehingga terbentuklah kantung mutiara. Kantung mutiara ini akhirnya akan mendeposisikan nacre ke partikel padat tersebut. Namun demikian sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang mendukung teori masuknya pasir ke dalam mantel kerang mutiara walaupun teori ini dipahami sejak lama. Dari beberapa mutiara alami yang dibedah, menunjukkan bahwa bagian inti mutiaranya bukanlah partikel padat.

No comments:

Post a Comment